Minggu, 12 Januari 2014

Keutamaan Shalat 5 Waktu



Keutamaan Shalat 5 Waktu 
Shalat adalah ibadah yang agung, ibadah yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam, dan dia adalah ibadah yang terpenting setelah kedua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari no. 7 dan Muslim no. 19)
Shalat adalah penghubung antara hamba dengan Rabbnya, karena ketika shalat hamba sedang berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla guna berdoa kepada-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.’ Maka Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiku.’ Selanjutnya Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta’. Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah berkata, ‘Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta.” (HR. Muslim no. 598)

Shalat lima waktu mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:
a.    Shalat 5 waktu merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.
b.    Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama.

Selain dari keistimewaan di atas, shalat 5 waktu secara umum dan beberapa shalat di antaranya secara khusu mempunyai keutamaan yang lain, di antaranya:
a.    Shalat 5 waktu akan menghapuskan semua dosa dan kesalahan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 342)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya dan khusyu’nya dan shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR. Muslim no. 335)
Pada kedua hadits di atas dikecualikan dosa-dosa besar, karena memang dosa besar tidak bisa terhapus dengan sekedar amalan saleh, akan tetapi harus dengan taubat dan istighfar. Karenanya, yang dimaksud dengan dosa pada kedua hadits di atas adalah dosa-dosa kecil.
Adapun patokan dosa besar adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma:
اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ الله ُبِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أو غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ
“Dosa-dosa besar adalah semua dosa yang Allah akhiri dengan ancaman neraka atau laknat atau kemurkaan atau adzab.” (Riwayat Ibnu Jarir dalam tafsirnya terhadap surah An-Najm: 32)
Walaupun asalnya ada perbedaan antara dosa besar dengan dosa kecil, akan tetapi beliau radhiallahu anhu juga pernah berkata:
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ, وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa besar jika selalu diikuti dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil jika dia dilakukan terus-menerus.”

b.    Shalat subuh senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh para malaikat dan dia juga menjadi saksi.
Allah Ta’ala berfirman:
أقم الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرءان الفجر إنّ قرءان الفجركان مشهودا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra`: 78)

c.    Shalat ashar yang merupakan shalat wustha -sebagaimana dalam riwayat Al-Bukhari- dikhususkan penyebutannya dibandingkan shalat-shalat lainnya.
Dan ini menunjukkan keistimewaan shalat ashar -dari satu sisi- dibandingkan shalat lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
حافظوا على الصلوات والصلواة الوسطى
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.” (QS. Al-Baqarah: 238)

d.    Menjaga shalat subuh dan ashar merupakan sebab terbesar masuk surga dan selamat dari neraka.
Dari Imarah bin Ru’aibah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (HR. Muslim no. 1003)
Dari Abu Musa radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengerjakan shalat pada dua waktu dingin, maka dia akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no. 540 dan Muslim no. 1005)
Dari Jundab bin Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu dari kalian sebagai imbalan jaminan-Nya, sehingga Allah menangkapnya dan menyungkurkannya ke dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 1050)
Dari Jarir bin ‘Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahri dan sebelum terbenamnya, maka lakukanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 521 dan Muslim no. 1002)

e.    Meninggalkan shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena malas secara terus-menerus adalah kekafiran.
Allah Ta’ala berfirman:
وخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Seandainya orang yang meninggalkan shalat itu masih mukmin, maka tentunya tidak dipersyaratkan ketika dia bertaubat dia harus beriman.
Ini dipertegas dalam hadits Jabir radhiallahu anhuma dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 116)
Juga dalam Abdullah bin Buraidah dari ayahnya radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“(Pemisah) di antara kami dan mereka (orang kafir) adalah meninggalkan shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 21929)
==============================================================================
Keutamaan Shalat Berjamaah
Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
Dari Abu Musa Radhiyallaahu ‘anhu  dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)
 dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Ad-Darda`
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)
Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

Penjelasan ringkas:
Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.
Sumber: http://al-atsariyyah.com/keutamaan-shalat-berjamaah.html

ALLAH MEMBERSIHKAN HAMBA-NYA DENGAN TIGA TANDA



ALLAH MEMBERSIHKAN HAMBA-NYA DENGAN TIGA TANDA

Bismillahirrahmanirrahim ,

Tipu daya syaitan dan bisikan hawa nafsu sentiasa mempermain-mainkan kehidupan seorang insan, setiap saat kedua-duanya bersatu tenaga merancang untuk merobohkan benteng iman di hati manusia. Namun begitu tidaklah Allah Taala menyerahkan sebulat-bulatnya diri orang mukmin untuk menjadi hidangan syaitan dan hawa nafsu mereka, bahkan Allah Taala membersih jiwa orang mukmin itu setiap saat hingga mereka kembali kepada-Nya dalam keadaan sebersih-bersihnya.

APAKAH TANDA-TANDA ALLAH MENSUCIKAN DIRI SEORANG HAMBA?

1. Diturunkan musibah kepadanya lalu dia redha.
2. Dihidupkan jiwanya lalu dia bertaubat.
3. Dituntun hatinya lalu dia suka beribadat

Tiga perkara yang amat besar fungsinya untuk memastikan hamba yang beriman tetap terjaga dan terlindung dari jenayah hawa nafsu dan tipu daya syaitan. Sehingga dia bertemu Allah dalam keadaan suci, bersih lagi diredai.

.•*´¨`*••♥ ۞ ۞ ۞ ۞ ♥••*´¨*•.

|| DITURUNKAN MUSIBAH KEPADANYA LALU DIA REDHA

Sesunggguhnya musibah akan membentuk tiga karakter manusia.

1. Jiwa yang unggul, teruji dan benar cintanya kepada Allah Taala.

Musibah amat berkait rapat dengan perasaan kejiwaan manusia,

• Apakah dia redha dan akur atas kehendak Allah kemudian percaya dengan ganjaran bagi orang yang sabar?

• Apakah dia menerima musibah itu sebagai hadiah terindah dari kekasih Yang Maha mengasihani?

• Apakah musibah itu mampu melonjakkan imannya ke tahap yang lebih tinggi sehingga dia sentiasa meneliti kekurangan diri? Kemudian bertanya: “Mengapakah Allah memilih diriku?

• Apakah dosa-dosaku yang harus disucikan dengan datangnya musibah ini, bagaimanakah aku harus memperbaiki diri dan amalku?”

Akhirnya, lahir satu keyakinan bahawa Allah akan mengganti musibah itu dengan kebaikan yang akan datang selepasnya. Sesuai dengan Firman-Nya:

“Sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kemudahan.” (Surah Al-Insyirah ayat 5)


2. JIWA YANG MEMBERONTAK.

Apabila seseorang menerima musibah dengan hati yang berprasangka buruk kepada Allah. Dia berkata:

“Tuhan telah menghinakan aku", menyerahkan aku kepada orang-orang yang jahat lalu mereka menzalimiku. Tuhan menolak doa-doaku, mencampakkan ibadatku sehingga empat puluh hari, Dia tidak menerima amal salehku. Dia menghukum, menutup pintu langit, menahan rezeki dan mengazabku dengan musibah ini. Nauzu billahimin dzalik, betapa bijaknya syaitan meniupkan penyakit putus harapan yang mematikan jiwa redha seorang hamba. Hal ini amat bertentangan dengan suruhan Allah kepada orang yang berdosa didalam surah al-Zumar ayat: 53.

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


3. JIWA YANG MUDAH BERPALING.

Kesetiaan menjadi faktor terpenting dalam perhubungan, sebagaimana seorang hamba mesti membuktikan setianya kepada Allah dalam setiap keadaan. Susah atau senang, sibuk atau lengang, kaya atau miskin, terkenal atau terlupakan, diatas atau dibawah, disanjung atau dijatuhkan. Bagaimanapun situasi yang terjadi, hubungan hati dengan Allah Taala tetap terjaga. Tidak pernah melupakan Allah saat senang sebagaimana dia mengingati-Nya di kala susah. Tetapi Al-Quran telah merakamkan keadaan orang yang mudah berpaling ketika dilanda musibah dalam hidupnya. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Surah al-Hajj ayat: 11)

Sudah selayaknya setiap hamba Allah memandang musibah sebagai satu tanda bahawa Allah Taala mahu membersihkan dirinya, memberi jaminan kafarah atas segala dosanya sehingga dia bertemu Allah dengan jiwa yang redha lagi diredai. Sebagaimana sabda Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam:

“Tiada seorang muslim yang menderita kelelahan, atau penyakit atau kesusahan hati bahkan gangguan berupa duri yang menyakitinya melainkan semua itu menjadi penebus dosa-dosanya.” (Hadis riwayat al-Bukhari Muslim)

.•*´¨`*••♥ ۞ ۞ ۞ ۞ ♥••*´¨*•.

|| KEMUDIAN TANDA YANG KEDUA, IALAH: DIHIDUPKAN JIWANYA LALU DIA BERTAUBAT

Setiap kali berbuat dosa hati akan tersiksa, takut, sedih dan putus asa mengingati kejahatan diri. Disitulah rahmat bagi orang beriman yang melakukan dosa, dia sentiasa ingat untuk bertaubat, merayu dan memohon maaf kepada Allah, merintih dan menangis, sesal yang tidak terperi sakitnya, lalu dia mendekat serapat-rapatnya kepada Allah dan mengetuk pintu taubat setiap kali melakukan kesilapan.

Kemudian hatinya berbisik: “Siapakah yang berkuasa membuka relung hatiku dan membersihkannya dari karat dan noda maksiat? Siapakah yang memberi cahaya ke jiwaku dan menggetarkan perasaan dengan ilmu-Nya sehingga menitislah airmata penyesalanku? Engkaulah Tuhan Yang Maha Menerima Taubat yang telah berfirman:

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku katakanlah bahawa Aku adalah dekat.” (Surah al-Baqarah ayat: 186)

Bagaikan mati hidup semula, begitulah perumpamaan tentang jiwa orang mukmin yang kembali kepada Allah, sebagaimana perumpamaan Al-Quran:

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?” (Surah Al-An’am ayat: 122)

Selain menghidupkan jiwa orang mukmin, taubat juga menjadi cara dan kaedah termudah untuk diterima kembali oleh Allah Taala dalam pelukan rahmat-Nya. Namun kadang-kadang jiwa manusia bersikap angkuh, merasa diri telah sempurna dan tidak pernah terseleweng walau sesaat, memandang orang lain dengan pandangan kehinaan, seolah-olah aib dan kelemahan itu hanya milik orang sedang dirinya tiada cela.

Beristighfarlah untuk masa yang dibuang percuma tanpa mengingati Allah. Beristighfarlah untuk diri yang kurang amanah terhadap keluarga dan kerjaya. Beristighfarlah untuk membersihkan hati dari sangka buruk, riya, tamak, dengki, cemburu dan lidah yang menyengat perasaan orang lain. Beristighfarlah kerana rela menjadi sahabat syaitan angkara kejahilan diri dan ketandusan ilmu. Beristighfarlah untuk diri yang tidak merasa perlu untuk beristighfar. Lakukanlah sepanjang masa hingga bertemu Allah dalam keadaan bersih lagi diredai.

.•*´¨`*••♥ ۞ ۞ ۞ ۞ ♥••*´¨*•.

|| YANG KETIGA, TANDA ALLAH MENSUCIKAN SEORANG HAMBA IALAH DITUNTUN HATINYA LALU DIA SUKA BERIBADAT

Sepatutnya para ahli ibadat bersyukur kepada Allah kerana mereka telah dipilih sebagai orang-orang yang dekat di sisi-NYa. Roh ibadah itu telah menjadi darah dan daging mereka, kemana saja mereka melangkah semuanya diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Tetapi berhati-hatilah dengan tipu daya syaitan yang suka memuji diri kita kerana ibadah kita itu sehingga membuat diri lupa bahawa semua itu atas sebab pertolongan Allah Taala. Syaitan juga memujuk diri manusia supaya cepat berpuas hati dengan ibadahnya . Sehingga roh ibadat itu hilang dalam diri nya.

Ya, apabila ibadat yang dilakukan tidak ditujukan untuk mengubat diri, memperbaiki akhlak, meluruskan moral, membangkitkan kekuatan supaya cemerlang sebagai mukmin berjaya di arena dunia yang mencabar dan ibadah itu tidak mampu memaparkan gambaran hidup tentang siksa kubur dan nikmatnya, syurga dan neraka, peristiwa hari kebangkitan. Apabila ibadat hanya dianggap sekadar melunaskan hutang, membayar kewajipan, mendirikan rukun dan syaratnya saja tanpa diselami dengan penghayatan.

Bagaimanakah ibadah Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam? Aisyah radhiallahuanha berkata,

“Rasulullah bangun sembahyang di waktu malam, sehingga pecah-pecah kaki baginda. Saya bertanya: Mengapakah kamu berbuat begini Ya Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian? Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur (atas nikmat Allah tersebut).” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Tergeraknya hati untuk melakukan ibadah merupakan tuntunan Allah kepada hamba-Nya semata-mata mahu mensucikan kita dan memberi ganjaran yang baik di sisi-Nya. Bukankah sembahyang menjadi pengapus dosa-dosa kecil selama tidak dilakukan dosa besar? Jummat ke Jumaat, Ramadhan ke Ramadhan merupakan proses pergiliran penghapusan dosa yang sepatutnya disyukuri. Jauh sekali melahirkan jiwa yang sombong dan suka memuji diri sendiri dengan ibadah yang masih masin lagi (tidak sedap untuk dinikmati)

Ya Allah , bimbinglah kami agar dapat senantiasa bersyukur kepadaMu dan untuk beribadah lebih baik lagi. Sampaikan kami pada rahmat serta ridha Mu. Aamiin.



Wallahu a'lam bishawab
Djuanda.com