Kamis, 29 Mei 2014

Menjadi Hamba Pilihan Allah

Menjadi Hamba Pilihan Allah

M. Arif As-Salman – Minggu, 31 Mei 2009 09:44 WIB
Bila sekelompok orang banyak berkumpul di suatu tempat untuk mengadakan pemilihan pemimpin, hal-hal apakah yang menjadi poin utama untuk terpilihnya seorang pemimpin harapan?
Setiap orang yang hadir punya penilaian yang berbeda, tergantung dari sisi mana ia melihat, sejauh mana ia mengetahui individu seorang calon, seberapa besar ia memahami hakekat dan peran seorang pemimpin, seberapa banyak ia mengetahui syarat-syarat seorang pemimpin dan lain sebagainya.
Dari sekumpulan orang banyak tersebut, ada orang yang begitu bernilai, yang nilainya lebih besar dari jumlah peserta yang hadir. Yang bila ia berkata akan didengarkan, jika memberikan ide akan langsung diterima dan bila ia melontarkan sikap akan menjadi bahan pertimbangan. Dan dari sekumpulan orang banyak itu, ada orang yang biasa saja, yang nilainya bisa sama dengan satu orang atau kurang dari itu.
Dari sisi mana dan apa sajakah seseorang itu bernilai dan punya harga di hadapan orang banyak? Hal apakah yang menyebabkan mereka sering ditampilkan ke depan? Dan karena dasar apakah mereka dianggap layak untuk menjadi pemimpin? Apakah karena wajahnya yang tampan, badannya yang kekar, kepintaran berbicara, dan lainnya?
Jawabannya adalah karena pribadi yang melekat pada orang tersebut. Karena sikapnya selama ini yang selalu dapat menyentuh setiap hati. Karena kata-katanya sanggup menggugah nurani, dan keberaniannya tidak dapat dipatahkan. Mereka adalah orang-orang yang punya komitmen dan prinsip dalam hidup.
Mereka adalah orang-orang yang berani berkata untuk sebuah tanggung jawab, orang-orang yang selalu berpandangan positif dan membangun. Ya, mereka adalah orang-orang yang berani memikul tanggung jawab.
Dalam sejarah kita temukan banyak manusia–manusia yang perjalanan hidupnya mampu menorehkan tinta emas. Dan juga banyak dari manusia yang perjalanan hidupnya tidak meninggalkan kesan apapun. Mereka lahir, hidup, dan mati. Tidak ada cerita setelah itu tentang mereka.
Menjadi yang terpilih di hadapan manusia perlu pada pembinaan sikap positif yang kontinyu di hadapan mereka. Karena manusia cenderung akan melihat apa yang nampak dari luar. Sedangkan untuk mengetahui apa yang dalam hati, tidak ada yang bisa mengetahuinya kecuali Allah Swt dan pribadi setiap orang jika ia mau jujur terhadap dirinya.
Pernahkah kita punya keinginan untuk menjadi hamba terpilih karena kebaikan dan ketaatan yang kita lakukan pada Allah? Menjadi hamba yang Allah cintai, yang Allah golongkan ke dalam kekasih-Nya. Hamba yang ketika berdo`a dikabulkan dan ketika meminta akan diberi?
Tentu sebagai seorang yang beriman dan mencintai Allah, keinginan untuk menjadi hamba yang terpilih adalah harapan yang selalu ingin kita wujudkan. Kita juga selalu berdo`a agar Allah menggolongkan kita untuk menjadi ahli sorga-Nya.
Seperti halnya menjadi yang terpilih di hadapan manusia kita harus ada bekal amal, prestasi, dan nilai-nilai positif lainnya yang kita miliki yang telah dapat dirasakan orang banyak, maka untuk menjadi seorang hamba pilihan Allah, apakah kita juga sudah punya syarat-syarat tersebut?
Kita harus punya prestasi yang bisa dibanggakan di hadapan Allah. Prestasi dalam segala bidang dan dimensi ibadah. Mulai dari yang bersifat harian seperti shalat malam, shalat 5 waktu tepat waktu dan berjama`ah, berdzikir, membaca al-Quran, shalat nawafil, selalu berdo`a pada Allah, menangis atas dosa dan kesalahan, mengajak orang lain pada kebaikan, mengajarkan ilmu, bersedekah, silaturrahmi dan segala ketaatan lainnya.
Apakah kita termasuk orang-orang yang lamban atau cepat? Apakah kita tergolong orang-orang yang selalu meremehkan dan mempermainkan aturan-aturan Allah? Dan apakah kita senantiasa membela pandangan-pandangan yang berbenturan dengan tembok syariat? Jawabannya ada dalam diri setiap individu kita dan bisa diketahui bila kita mau mengoreksi diri dengan jujur.
Bagaimana mungkin orang banyak akan memilih seseorang dan mereka perjuangkan untuk menjadi pemimpin mereka, kalau selama ini orang tersebut sering lambat dalam bekerja, tidak cekatan, selalu meremehkan aturan yang telah ditetapkan bahkan sikap dan kata-katanya banyak menimbulkan pertentangan.
Nah, kita sekarang perlu melihat diri kita, apakah di hati kita ada keinginan yang jujur untuk menjadi hamba pilihan Allah? Bila keinginan itu ada muncul dalam hati kita, sampai saat ini sikap-sikap apakah yang telah kita bangun dalam diri sehingga Allah layak memilih kita untuk menjadi hamba-hamba yang didekatkan disisi-Nya, hamba-hamba yang terpilih menerima ampunan-Nya dan terpilih menjadi ahli sorga-Nya?
Semoga tulisan singkat dan sederhana ini bermanfaat. Selamat berjuang menjadi hamba pilihan Allah subhanahu wa ta`ala. Mohon doanya moga sukses ujian, terima kasih.
Salam,
http://marifassalman.multiply.com/

Sering Mengulang-ngulang Wudu' dan Sholat

Sering Mengulang-ngulang Wudu' dan Sholat
Assalamualaikum Wr Wb
Saya pernah mendengar ceramah ustad bahwa saya tidak diterima sholat seseorang pabila wudu nya tidak benar dan karena itu saya sering berusaha wudu yang benar dan takut sesuatu yang membatalkan wudu...akhir-akhir ini saya sering sekali merasa akan kentut setiap sedang wudu, bahkan rasaya bergemuruh di perut setiap saya wudu, makanya saya selalu mengulang wudu saya sehingga saya kl wudu lama sekali karena selalu terasa batal dan mengulangnya lagi...perasaan takut kentut itu berdampak diluar sadar saya seperti ada kontrol otak memerintahkan saya kentut bahkan ketika yakin sudah sah pun di saat sholat rasanya takut-takut kentut dan itu menghantui...sehingga selalu sering saja seperti ada gemuruh di perut dan di sekitar dubur tapi saya ragu itu kentut atau refleksi otot atau apa saya jg ga tau, tapi karena saya ragu saya sering membatalkan sholat saya dan dikala sholat berjamaah saya merasa seperti itu tapi tidak bisa kemana-mana sehingga saya tetap mengikuti imam sholat tapi selesai sholat berjamaah karena saya takut sholat saya tidak sah karena kentut maka saya mengulang sholat saya, ini hampir selalu terjadi dalam sholat 5 waktu dan sholat-sholat sunah stad...mohon penjelasannya stad saya takut yang saya lakukan selama ini salah...sebab hal ini sudah berlangsung lama
Wassalamu'alaikum
Assalamu alaikum wr.wb.
Wudhu memang merupakan syarat sah shalat. Sementara buang angin merupakan salah satu faktor yang membatalkan wudhu. Karena itu jika seseorang buang angin di saat telah berwudhu maka ia harus memperbaharui wudhunya jika ingin menunaikan shalat.
Keluarnya angin yang membatalkan wudhu ditandai dengan adanya bau dan suara. Namun jika baru berupa perasaan ia hanya merupakan waswas atau bisikan yang berasal dari setan. Dalam kondisi demikian ia tidak perlu mendengarkan suara perasaannya yang berasal dari bisikan setan. Yang penting bagaimana berwudhu dengan benar lalu melaksanakan shalat sesuai tuntunan Nabi. Kalau itu sudah dilakukan, maka shalatnya tak perlu diulang.
Salah satu cara untuk menghindarkan diri dari bisikan setan adalah membaca ta'awwudz dan memfokuskan pikiran pada bacaan dan gerakan shalat.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.

Ragu Apakah Keluar Kentut

Ragu Apakah Keluar Kentut


Sebagian orang dalam shalatnya merasa ada sesuatu yang keluar bagian belakangnya, apakah benar ia sudah kentut  ataukah belum. Padahal perasaannya baru mungkin, hanya was-was atau belum yakin. Ada kaedah yang telah diajarkan dalam Islam bahwasanya yakin tidak bisa dikalahkan dengan ragu-ragu.

Ada hadits yang bisa diambil pelajaran, di mana hadits ini dibawakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani saat membahas pembatal wudhu dalam kitab beliau Bulughul Marom (hadits no. 71),
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – - إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا, فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ: أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ, أَمْ لَا? فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ اَلْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا, أَوْ يَجِدَ رِيحًا – أَخْرَجَهُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mendapati ada terasa sesuatu di perutnya, lalu ia ragu-ragu apakah keluar sesuatu ataukah tidak, maka janganlah ia keluar dari masjid hingga ia mendengar suara atau mendapati bau.” Diriwayatkan oleh Muslim. (HR. Muslim no. 362).
Dalam shahih Bukhari-Muslim disebutkan hadits dari ‘Abdullah bin Zaid radhiyallahu anhu bahwasanya ia pernah mengadukan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai seseorang yang biasa merasakan sesuatu dalam shalatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Janganlah berpaling hingga ia mendengar suara atau mendapati bau.” (HR. Bukhari no. 177 dan Muslim no. 361).
Berpegang dengan Keadaan Suci
Pelajaran pertama yang bisa kita gali bahwa orang yang dalam keadaan suci jika ia ragu apakah ia berhadats ataukah tidak dan itu masih dalam taraf ragu-ragu, maka ia tidak diharuskan untuk wudhu. Yang dalam keadaan ragu-ragu seperti ini tetap shalat hingga dia yakin telah datang hadats, bisa jadi dengan mendengar suara kentut atau mencium baunya.
Jauhkan Was-Was
Hadits di atas menunjukkan bahwa setiap muslim mesti menghilangkan was-was pada dirinya. Jangan ia perhatikan was-was tersebut karena hal itu hanya mempersulit diri. Diri seseorang hanya merasa payah karena terus menuruti was-was.
Kaedah Fikih
Dari hadits di atas, dapat diambil suatu kaedah yang biasa disebutkan oleh para ulama,
اليقين لا يزول بالشك
“Yang yakin tidak bisa dihilangkan dengan ragu-ragu.”
Imam Al Qorofi dalam kitab Al Furuq mengatakan, “Kaedah ini telah disepakati oleh para ulama. Maksudnya adalah setiap ragu-ragu dijadikan seperti sesuatu yang tidak ada yang dipastikan tidak adanya.”
Abu Daud berkata, “Aku pernah mendengar Imam Ahmad ditanya oleh seseorang yang ragu mengenai wudhunya. Imam Ahmad lantas berkata, jika ia berwuhdhu, maka ia tetap dianggap dalam kondisi berwudhu sampai ia yakin berhadats. Jika ia berhadats, maka ia tetap dianggap dalam kondisi berhadats sampai ia berwudhu.” Lihat Masail Al Imam Ahmad, hal. 12.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
كُلُّ احْتِمَالٍ لَا يَسْتَنِدُ إلَى أَمَارَةٍ شَرْعِيَّةٍ لَمْ يُلْتَفَتْ إلَيْهِ
“Setiap yang masih mengandung sangkaan (keraguan) yang tidak ada patokan syar’i sebagai pegangan, maka tidak perlu diperhatikan.” (Majmu’ Al Fatawa, 21: 56)
Kentut Membatalkan Wudhu
Hadits yang kita kaji kali ini menunjukkan bahwa kentut itu membatalkan wudhu, baik jika hanya keluar saja atau bau saja. Dan orang yang kentut mesti mengulangi wudhunya dari awal. Jika kentut membatalkan wudhu, maka shalat pun batal karenanya karena setiap pembatal wudhu menjadi pembatal shalat.
Wallahu a’lam. Demikian pelajaran singkat dari Rumaysho.Com di pagi ini. Selengkapnya, kami harap pembaca bisa mengunjungi artikel “Ragu Tidak Bisa Mengalahkan Yakin“. Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughul Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnil Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 1: 305-307.
Majmu’atul Fatawa, Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Taimiyah Al Harroni, terbitan Darul Wafa’ dan Dar Ibnu Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.

Selesai disusun di kantor Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, malam 25 Dzulqo’dah 1434 H
Artikel www.rumaysho.com